Menurut Donald dan
Chance dalam Suripto proses bicara itu dimulai dari receptor process
yang terdiri dari proses penerimaan rangsang melalui propriosepsi, pendengaran,
penglihatan, maupun perabaan. proses bicara ini selanjutnya diteruskan ke
sentral proses yang terdiri dari simbolisasi, koordinasi, dan diskriminasi.
proses effektor terdiri dari proses pernafasan, phonasi, resonansi, dan
artikulasi.[1]
a.
Mekanisme
wicara
Selanjutnya Sadjaah dan Sukarja menyatakan terjadinya (terlaksananya)
bicara karena adanya kerjasama organ bicara, organ mendengar, maupun system persyarafan di otak, sehingga terjadi proses aktivitas
bicara[2],
uraian sebagai berikut:
1)
Alat bicara (selaput suara,
mulut, dan sebagainya) mengeluarkan suara sebagai umpan balik (feed back)
2)
Telinga meneruskan hasil
pendengarannya tadi ke pusat pengertian bunyi, dianalisa dan diamati bunyi,
apakah dari pendengaran.
3)
Sesudah diamati diteruskan ke Wernicke
(pusat kata-kata) kata-kata disaring dibedakan dan dikelompokkan serta disusun.
4)
Diteruskan ke pusat pengertian,
suara yang telah disusun yang berupa kata-kata ditafsirkan.
5)
Sebagai proses akhir sebelum
diucapkan kembali diteruskan ke BROKA (pusat pengendali otot-otot bicara).
otot-otot bicaralah yang mengendalikan alat bicara serta artikulatoris,
sehingga pesan yang disampaikan mampu diucapkan dengan benar.
b. Daerah artikulasi
[1] Sardjono, Terapi Wicara, (Jakarta: Depdikbud,
2005), h. 111
[2] Edja
Sadjaah dan Darjo Sukarja, Op.Cit, h. 21
0 Response to "Mekanisme Wicara"
Post a Comment