Pada umumnya , klasifikasi anak tunarungu dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu tuli dan kurang dengar. Klasifikasi tunarungu dapat dibagi berdasarkan 3 hal, yaitu tingkat pendengaran, waktu rusaknya pendengaran, dan tempat terjadinya kerusakan pendengaran. Untuk lebih jelas dan terperinci, berikut adalah klasifikasi anak tunarungu menurut Samuel A Kirk berdasarkan tingkat pendengaran :
a. 27-40 dB : mempunyai kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi wicara
b. 41-55 dB : mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi wicara
c. 56-70 dB : hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, masih mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara yang khusus
d. 71-90 dB : hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang-kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan luar biasa yang intensif, membutuhkan alat bantu mendengar dan latihan bicara secara khusus
e. 91 dB ke atas : mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak bergantung pada pengelihatan daripada pendengaran untuk proses menerima informasi, dan yang bersangkutan dianggap tuli.
Pembagian yang diuraikan oleh Kirk juga hampir sama dengan yang diuraikan oleh Myklebust , yaitu sebagai berikut :
a. 27-40 dB : sangat ringan
b. 41-55 dB : ringan
c. 56-70 dB : sedang
d. 71- 90 dB : berat
e. 91 dB ke atas : berat sekali
Sedangkan klasifikasi berdasarkan waktu rusaknya pendengaran :
a. Tunarungu bawaan : tunarungu sejak lahir
b. Tunarungu perolehan : anak lahir dengan pendengaran normal akan tetapi dikemudian hari indera pendengarannya menjadi tidak berfungsi yang disebabkan karena kecelakaan atau suatu penyakit.
Ditinjau dari lokasi terjadinya ketunarunguan, klasifikasi anak tunarungu dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
a. Tunarungu Konduktif, tipe ini terjadi karena beberapa organ yang berfungsi sebagai penghantar suara di telinga bagian luar, seperti liang telinga, selaput gendang, serta ketiga tulang pendengaran (malleus, incus, dan stapes) yang terdapat di telinga bagian dalam dan dinding-dinding labirin mengalami gangguan.
b. Tunarungu Perseptif, yaitu disebabkan oleh terganggunya organ-organ pendengaran yang terdapat di belahan telinga bagian dalam.
c. Tunarungu Campuran, yaitu pada telinga yang sama rangkaian organ-organ telinga yang berfungsi sebagai penghantar dan penerima rangsangan suara mengalami gangguan, sehingga terjadi campuran antara ketunarunguan konduktif dan ketunarunguan perspektif.
0 Response to "klasifikasi tunarungu"
Post a Comment