I.
PENDAHULUAN
Dalam DSM IV-TR Rett syndrome menjadi
satu kategori dengan Autistic Disorder,
Childhood Disintegrtive Disorder,
Asperger’s Disorder, dan Pervasive
Developmental Disorder Not Otherwise Specified dalam Pervasive Developmental Disorder (Gangguan Perkembangan yang
Menetap). Pervasive Developmental
Disorder dikarakteristikkan dengan kerusakan yang berat dan menetap pada
beberapa area perkembangan : kemampuan interaksi social timbal-balik, kemampuan
komunikasi, aktifitas, perhatian/minat, dan munculnya perilaku stereotype.
Sindrom Rett adalah gangguan
neurologist yang ditemukan oleh Dr. Andreas Rett dari Austria tahun 1966. Sering terjadi salah diagnosa sebagai
bentuk dari autisme atau penundaan perkembangan. Ahli sains setuju bahwa RS
adalah gangguan perkembangan, bukan autisme, kelumpuhan otak, ataupun penundaan
perkembangan. Anak dengan SR biasanya menunjukkan sebuah periode awal dari
perkembangan yang mendekati normal atau tipikal sampai 6-18 bulan kehidupan.
Namun secara universal penyakit itu baru diakui 1983 ketika Dr Bengt Hagberg
bersama koleganya menulis artikel mengenai RS di Annals of Neurology.
Di
Indonesia jarang dilakukan pembahasan mengenai Sindrom Rett, sehingga informasi
yang tersedia masih sulit didapatkan oleh masyarakat. Sangatlah penting untuk mengenali penyebab, gejala,
karakteristik, bahkan treatment dari gangguan ini. Makalah ini berusaha untuk memaparkan
informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menambah pengetahuan mahasiswa pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya mengenai Sindrom Rett.
II.
KASUS
A. Katie (11 tahun) tinggal bersama ibu, ayah, dan kakak laki-lakinya
Matthew. Katie lahir dengan
RS, dia tidak dapat berjalan dan berada di kursi roda. Meskipun penderita RS
memang tidak dapat berkomunikasi secara verbal, Katie sangat senang membuat
dirinya menjadi pusat perhatian. Menurut Kay, ibunya, Katie adalah seorang bayi
yang baik dan dapat menguasai hal-hal penting dalam awal perkembangannya.
Ketika berusia sembilan bulan dia tidak lagi menguasai keterampilan baru. Dia
menolak untuk berdiri dan tidak dapat merangkak. Katie mulai meletakkan
tangannya ke mulutnya setiap waktu. Hal inilah yang kemudian membuat dokter
curiga dia menderita RS, dan setelah diperiksa akhirnya dokter memberikan
diagnosis RS padanya.
Katie
sangat beruntung dia berada dalam keadaan sehat selama beberapa tahun, meskipun
dia bermasalah dalam mengkonsumsi makanan. Tahun lalu Katie harus menjalani
operasi tulang selama tujuh jam untuk memperbaiki skioliosisnya. Dalam melewati
penyakit ini, Katie bersikap positif dan menjadi seorang gadis yang bahagia.
Dia selalu menyibukkan diri, melihat berbagai macam tempat dan orang-orang yang
berbeda. Dia membuat orang yang mengenalnya selalu tersenyum.
Katie
sangat menyukai sekolah dan harus bekerja keras untuk mempertahankan serta
meningkatkan mobilitasnya. Dia mulai berkomunikasi dengan voice output electronic device. Katie mempunyai banyak hal untuk
diceritakan dan kami sangat ingin mendengarnya. Dia begitu aktif dalam
kehidupan sosial, setiap minggu dia berkuda sejak usianya dua tahun dan tahun
lalu Katie mengikuti camping
pertamanya (http://www.rsrf.org).
B. Satu hal yang paling penting dalam diriku
meski aku menderita RS dan tidak dapat bicara adalah aku punya banyak hal yang
ingin kukatakan. Banyak orang mengira bahwa karena aku tidak dapat bicara, aku
pun tidak mengerti apa yang mereka
bicarakan. Suatu kali aku pernah hampir mati karena infeksi pada paru-paru,
tapi aku melawannya sekuat tenaga. Hal yang paling ku benci dari RS adalah
adanya kejang-kejang. Kejang dapat sangat menyakitkan. Aku merasa kehilangan
waktu, seperti ada ruang kosong dalam memoryku.
Ketika
masih kecil aku sangat suka sekolah. Saat aku mulai menunjukkan tanda-tanda RS,
orang mengira bahwa aku menderita cerebral
palsy. Aku berada dalam
kelas reguler hanya dalam waktu satu tahun. Aku berharap berada di dalamnya
setiap waktu. Tapi sepertinya tidak ada yang mengerti apa yang terjadi padaku
dan aku mulai benci sekolah.
Aku punya
teman bernama Lauri. Kami suka makan pizza dan menonton film sepanjang malam.
Aku suka film tentang cinta dan horor. Ibu adalah teman terbaikku. Kami
melakukan semua hal bersama-sama. Pergi makan, belanja, nonton film, dan banyak
lagi. Aku sangat suka ketika ibu mendandaniku, iu memperlakukanku seolah-olah
tidak ada sesuatu yang buruk terjadi padaku. Dia akan berteriak padaku jika aku
tidak mau menurut, dan aku hanya tertawa saja. Yang paling kusukai adalah
ketika kami tidur melingkar bersama.
Ketika kamu
melihat seseorang di kursi rod, ingatlah bahwa dia sepertimu. Dia punya
pikiran, perasaan, mimpi, dan frustrasi juga. Dan ingat, jika dia tidak bisa
bicara sepertiku, bukan berarti dia tidak punya sesuatu untuk dikatakan. Terima
kasih telah berkunjung, Dani.
III.
TINJAUAN TEORI
- DEFINISI
Rett syndrome
(DSM IV) adalah sebuah gangguan perkembangan pervasive
yang mengenai subtansia gricea cerebri, hanya terjadi pada wanita dan timbul
sejak lahir; sindrom ini bersifat progresif dan ditandai dengan tingkah laku
autistic, ataxia, dementia, kejang, dan kehilangan kegunaan tangan dengan funsi
tertentu, dengan atrofi cerebral, hyperamonemia ringan, dan penurunan kadar
amin biogenic. Disebut juga cerebroatrophic
hyperammonemia.
Rett syndrome adalah gangguan
perkembangan neural anak-anak yang karakteristiknya adalah perkembangan awal
yang normal diikuti oleh hilangnya fungsi tangan tertentu, hilangnya pergerakan
tangan, lambatnya pertumbuhan otak dan kepala (http://www.healthnewsflash.com/conditions/rett_syndrome.php).
1.
Diagnosis
Tidak semua mutasi MECP2 memenuhi criteria sehingga bisa
disebut Rett syndrome. Ada
tiga criteria klinis untuk dapat memberikan diagnosis : essensial, supportive,
dan exclusion http://www.healthnewsflash.com/conditions/rett_syndrome.php
.
Criteria diagnosis essensial :
perkembangan yang tampak normal hingga berusia 6-18 bulan dan mempunyai lingkar
kepala normal saat lahir diikuti dengan penurunan pertumbuhan kepala (antara 3
bulan -4 tahun), ketidakmampuan dalam berbahasa (berkomunikasi), gerakan tangan
yang repetitive, menggoyang-goyangkan batang tubuh, toe walking (berjinjit), wide-based, dan kaki menjadi kaku.
Kriteria suportif tidak harus ada
dalam diagnosis RS tapi dapat terjadi pada beberapa pasien. Kriteria suportif :
kesulitan bernafas, ketidaknormalan electroencephalogram (EEG), serangan,
kekakuan otot, kejang, scoliosis, teeth-grinding, kaki yang kecil bila
dihubungkan dengan tinggi badan, retardasi, berkurangnya lemak tubuh dan berat
otot, pola tidur yangtidak normal, lekas marah, mengunyah, kesulitan menelan,
berkurangnya mobilitas seiring dengan usia, dan sembelit.
Ada juga criteria
exclusion. Anak dengan salah satu criteria berikut tidak mempunyai Rett
Syndrome : pelebaran organ tubuh, kehilangan penglihatan yang termasuk gangguan
retina (optic atrophy), microcephaly sejak lahir, gangguan metabolisme yang
dapat diidentifikasi, gangguan degeneratif
bawaan lainnya, gangguan syaraf akibat infeksi berat atau head trauma,
bukti bahwa sudah mulai retardasi sejak dalam rahim, atau bukti adanya
kerusakan otak yang terjadi setelah lahir.
Diagnosis
Criteria for 299.80 Rett’s Disorder (American Psychiatric Assosiation, h.77, 2000)
A. Semua hal berikut :
(1) Normal pada saat perkembangan prenatal dan
perkembangan perinatal
(2) Perkembangan psikomotor
yang normal selama 5 bulan pertama setelah kelahiran
(3) Mempunyai lingkar kepala yang
normal saat lahir
B. Onset (semua hal setelah periode perkembangan normal,
yaitu)
(1)
Penurunan pertumbuhan kepala antara usia 5 sampai 48 bulan
(2) Kehilangan kemampuan
tangan tertentu yang telah dikuasai sebelumnya antara usia 5 sampai 30 bulan
dengan diikuti oleh perkembangan gerakan tangan stereotyped (seperti
meremas-remas atu mencuci)
(3) Kehilangan
keterikatan social pada perkembangan awal (meskipun interaksi social sering
berkembang kemudian)
(4) Menunjukkan
kelemahan terkait dengan koordinasi atau pergerakan tubuh
(5) Mengalami gangguan
berat pada perkembangan penerimaan bahasa maupun pengekspresian bahasa dengan
retardasi psikomotorik berat
2.
Prevalensi
Secara statistik, perbandingannya
adalah 1:10.000 sampai 1:23.000 wanita di seluruh dunia.
3.
Tahap Perkembangan Syndrome Rett
Tahap 1
Orang dengan sindrom rett umumnya
berkembang secara normal kira-kira 6-18 bulan pertama setelah kelahiran. Banyak
yang dapat mencapai harapan seperti menggunakan kata pendek, tersenyum secara
spontan dan makan dengan jari. Dari bulan kelima sampai umur 3 tahun,
pertumbuhan otak mulai lamban (microchepaly), dan setelah 18 bulan, beberapa
keabnormalan yang lain mulai nampak. Anak mungkin lebih lambat dalam memperoleh
keahlian baru, bahkan mungkin berhenti untuk memperoleh keahlian baru secara
lengkap. Abnormalitas yang lain meliputi berkurangnya jumlah kontak mata, gerak
otot yang tidak terkoordinasi dan perilaku yang tidak terkendali. Tahap ini
sering tidak diperhatikan karena symptom kurang jelas, pada awalnya orang tua
dan dokter mungkin juga kurang memperhatikan lambannya perkembangan anak. Tahap ini terjadi selama beberapa bulan
tapi dapat berlanjut selama kurang lebih satu tahun.
Tahap 2
Antara umur 1-4 tahun atau tahap
kerusakan yang cepat, Tahap ini adalah permulaan hilangnya fungsi tangan dan
hilangya kemampuan bicara baik secara cepat maupun bertahap. Karakteristik
gerakan tangan yang menonjol pada tahap ini adalah memijat, mencuci,
menepuk-nepuk, mengetuk, juga menggerakkan tangan ke mulut berkali-kali. Ada yang tiba-tiba, secara
bertingkat, bahkan meningkat. Ini disebut penurunan perkembangan. Seringkali
pada umur 3 tahun, control gerak tangan dan spontanitas gerakan menghilang,
seiring dengan keahlian berbicara yang bersifat elementer. Bruxisme (gerak tak
sadar menggeretukkan gigi) adalah biasa seiring dengan gerak menghisap yang
tidak efektif. Gerakan-gerakan tersebut berlanjut saat anak terjaga namun
hilang selama tidur. Bernafas secara tidak teratur seperti episode apnea atau
hyperventilation mungkin terjadi, meski biasanya kembali bernafas secara normal
selama tidur. Beberapa anak menunjukkan autistic, seperti symptom hilangnya
interaksi social dan komunikasi. Sifat lekas marah dan ketidakteraturan tidur
mungkin terlihat. Lambatnya pertumbuhan kepala mulai diperhatikan pada tahap
ini.
Tahap 3
Tahap III, disebut juga tahap plateu,
penurunan perkembangan berhenti dan gejala cenderung stabil. Biasanya dimulai pada usia antara dua
sampai sepuluh tahun. Apraxia, masalah motorik, dan serangan merupakan
karakteristik khas tahap ini. Meskipun begitu dimungkinkan ada peningkatan
dalam perilaku, dengan penurunan rasa mudah marah, mengangis, dan autistic.
Individu pada tahap III mungkin menunjukkan ketertarikkan pada lingkungannya
dan peningkatan kewaspadaannya, rentang perhatian, dan kemampuan komunikasi. Namun, umumnya skoliosis mulai terjadi sebelum umur 8 tahun.
Tahap 4
Tahap IV,
disebut tahap kemunduran motorik lanjut, dapat terjadi selama empat tahun atau
sepuluh tahun. Karakteristiknya adalah berkurangnya mobilitas, melemahnya otot,
kekakuan, kejang, dystonia(meningkatnya sifat otot dengan postur abnormal yang
ektrim atau berbatang), dan scoliosis. Anak yang sebelumnya mampu berjalan
mungkin akan berhenti berjalan. Secara umum, tidak ada penurunan lagi pada
kognisi, komunikasi, atau keterampilan tangan pada tahap IV. Gerakan tangan
berulang-ulang mungkin berkurang dan tatapan mata mungkin meningkat.
- ONSET
Berdasarkan kriteria Rett’s Disorder
(American PsychiatricAssosiation,
h.77, 2000) onset (semua hal setelah
periode perkembangan normal, yaitu) :
(1)
Penurunan pertumbuhan kepala antara usia 5 sampai 48 bulan
(2) Kehilangan kemampuan
tangan tertentu yang telah dikuasai sebelumnya antara usia 5 sampai 30 bulan
dengan diikuti oleh perkembangan gerakan tangan stereotyped (seperti
meremas-remas atu mencuci)
(3) Kehilangan
keterikatan social pada perkembangan awal (meskipun interaksi social sering
berkembang kemudian)
(4) Menunjukkan
kelemahan terkait dengan koordinasi atau pergerakan tubuh
(5) Mengalami gangguan
berat pada perkembangan penerimaan bahasa maupun pengekspresian bahasa dengan
retardasi psikomotorik berat
- FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Rett syndrome disebabkan oleh mutasi pada gen MECP2 (meck-pea-two), yang ditemukan pada
kromosom X. Yang menemukan MECP2 pertama kali adalah Adrian Bird, Ph. D pada
tahun 1990, dan yang menemukan bahwa mutasi MECP2 menyebakan RS adalah Huda
Zoghbi pada tahun1999.
Bila berfungsi dengan normal, gen MECP2 mengandung
instruksi untuk sintesis protein yang disebut methyl cytosine binding protein 2, yang memerintahkan gen lain
kapan harus berhenti memproduksi protein (menghentikan produksi gen pada waktu
tepat). Pada penderita syndrome Rett, gen
MECP2 tidak bekerja sebagaimana mestinya. Protein MECP2 terbentuk dalam
jumlah yang kurang memadai. Kurangnya protein ini menyebabkan gen lain berfungsi
abnormal, membentuk sejumlah protein
yang tidak diperlukan. Hal
ini mampu menyebabkan masalah perkembangan neural yang merupakan karakteristik
dari gangguan ini. Meskipun menghambat pematangan otak, mutasi MECP2 tidak menyebabkan
kerusakan otak permanen.
Wanita dengan kerusakan gen MeCP2 hanya separuh yang
terpengaruh, separuh lagi masih dapat berfungsi normal. Hal yang berbeda
terjadi pada anak laki-laki yang memiliki mutasi MECP2. karena anak laki-laki
hanya memiliki satu kromosom X, mereka tidak mempunyai sokongan yang akan
mengganti/menyeimbangkan kerusakan pada kromosom X, dan mereka tidak mempunyai
perlindungan dari efek membahayakan dari kelainan ini. Anak laki-laki dengan
kerusakan kromosom X meninggal sebelum atau sesaat setelah dilahirkan.
- KARAKTERISTIK SUBJEK
1. Hambatan
berkomunikasi dan artikulasi bahasa mengakibatkan penarikan diri secara
social.
2.
Gerak
tangan yang berulang-ulang seperti memeras, menepuk, mengetuk, mengecap, dan
gerakan seperti orang sedang mencuci baju, hanya berhenti jika anak tidur. Hal ini terjadi antara umur 6-30 bulan.
3.
Jalan yang tidak stabil, kaku
pada kaki, dan berjalan dengan ujung jari kaki.
4.
Lingkar kepala yang normal pada
saat lahir dan semakin menurun pertumbuhannya seiring dengan bertambahnya usia
(mulai umur 5 bulan sampai 4 tahun).
5.
Otot kaku, geraknya semakin
tidak terkoordinasi, gigi gemeretuk (bruxisme).
6. Sulit menelan dan menghisap, atau
sensitivitas pada mulut.
7.
Pola tidur yang tidak normal,
mudah tersinggung dan terganggu.
8.
Retardasi pertumbuhan
9.
Scoliosis (bungkuk) dan
epilepsy (50 % dari penderita sindrom rett mengalami serangan ini).
10.
Kaki makin mengecil
(hipothropik).
11.
Sirkulasi darah yang buruk pada
kaki dan tungkai (gangguan vasomotor).
12.
Konstipasi.
13.
Nafas tidak teratur ( apnea
periodic, hyperventilation)
IV.
TREATMENT/INTERVENSI
Tidak ada obat untuk Rett Syndrome. Treatment untuk
gangguan ini terfokus pada manajemen symptom yang ada dan membutuhkan pedekatan
dari multidisiplin ilmu. Terapi
memfokuskan pada tujuan untuk memperlambat kerusakan motorik dan meningkatkan
kemampuan berkomunikasi.
A. Penggunaan Obat
Obat dibutuhkan
untuk kesulitan bernafas,
kesulitan motorik, dan antiepilepsi.
1. L-Dopa adalah bentuk sintetis dari
dopamine. Ini ditemukan untuk mengurangi kekakuan selama tahap kemunduran
motorik (tahap 4), tetapi sebaliknya gagal untuk menyediakan peningkatan pada
basis yang konsisten.
2.
Naltrexone (Revia) adalah lawan
dari opium, biasanya untuk mengurangi kecanduan obat. Penggunaan neltraxone
dalam dosis rendah atau tinggi mungkin bermanfaat dalam control nafas yang
tidak teratur dan kejang, dan mengurangi teriakan-teriakan. Ini mungkin ada kaitannya dengan efek obat
penenang. Namun terdapat efek lain yaitu kehilangan nafsu makan.
3.
Bromokriptin (Parlodel) adalah
obat yang meningkatkan fungsi system dopamine di otak. Satu obat yang diuji
coba menunjukkan peningkatan awal dalam komunikasi, berkurangnya kegelisahan
dan berkurangnya gerak tangan di tahap pertama, namun ketika obat berhenti,
gejala akan muncul lagi, dan pengenalan kemali pada obat tidak membawa kembali
pada peningkatan awal.
4. Tirosin (dopamine dan noradrenalin) dan triptophan (serotonin)
adalah asam amino yang biasanya mendorong level transmitter. Studi menunjukkan tidak ada
perbedaan dalam penampilan klinis ataun polla EEG. L-Carnitin adalah turunan
dari asam amino esensial lisin.
B.
Terapi
1.
Terapi
fisik dimaksudkan untuk menjaga atau meningkatkan kemampuan berjalan dan
keseimbangan, mempertahankan jauhnya jangkauan gerak
paling tidak mempertahankan fungsi gerak dan mencegah kecacadan.
Tujuan dari terapi fisik adalah untuk
menjaga atau meningkatkan keterampilan motorik, mengembangkan keahlian
transisional, mencegah atau mengurangi kecacatan, mengurangi ketidaknyamanan
dan kegelisahan serta meningkatkan kemandirian. Terapi fisik dapat memperbaiki dan meningkatkan
pola duduk dan berjalan serta memonitor perubahan sepanjang waktu.
Terapi
fisik digunakan untuk: mengurangi apraxia, menstimulasi penggunaan tangan untuk
mendukung mobilitas, mencapai keseimbangan yang lebih baik, meningkatkan
koordinasi, mengurangi ataxia, meningkatkan body
awareness, memberikan jangkauan gerakan yang lebih baik, mengurangi sakit
pada otot, menjaga dan meningkatkan mobilitas, melawan kejang-kejang,dan
meningkatkan respon protektif. Contoh terapi fisik yaitu menggunakan kolam
bola, tempat tidur air, atau trampoline.
2. Terapi Occupational dapat digunakan untuk
meningkatkan kegunaan tangan. Dari penelitian diketahui bahwa terdapat
penurunan gerakan tangan yang diulang-ulang dapat mengarahkan pada kewaspadaan
dan fokus yang lebih baik, sama baiknya dengan membantu mengurangi kecemasan
dan perilaku menyakiti diri sendiri. Penggunaan tangan yang tidak teratur atau
mengikat siku mungkin berguna dalam mengurangi gerak tangan dan mungkin
mendorong penggunaan tangan yang lebih berguna. Contoh terapi Occupational
adalah membantu memakai baju sendiri, membantu melukis, membuat kerajinan
tangan, dan belajar makan sendiri.
3. Terapi musik digunakan sebagai pelengkap
terapi lain dan berguna untuk meningkatkan komunikasi dan membuat pilihan.
Penelitian
menunjukkan bahwa mendengar dan menciptakan musik berpengaruh positif pada
otak, meningkatkan sirkulasi darah, glukosa dan oksigen. Perubahan ini
menstimulasi untuk belajar.
Terapi
musik adalah penggunaan musik yang terstruktur atau kegiatan musical di bawah
bimbingan seorang terapis musik. Kegiatan ini mempengaruhi perubahan pola
perilaku yang mengarah pada tujuan individual yang telah disusun untuk anak.
Terapi musik berfokus pada komunikasi, sosialisasi, membuat pilihan dan
keahlian motorik. Musik memberikan ritme gerak dan kepekaan persepsi. Mereka
belajar untuk merasakan dan memahami ruang dan waktu, kualitas dan kuantitas,
serta sebab akibat. Terapi musik memberikan kepercayaan dan suasana aman.
Dalam terapi musik terdapat :
- Kesempatan menikmati musik secara spontan
- pengalaman bergerak dan memainkan alat yang dapat meningkatkan body awareness dan fungsi tangan
- relaksasi untuk mendukung kebebasan gerak dan berekspresi
- kesempatan untuk berkomunikasi dan ekspresi diri
- stimulasi untuk kontak mata yang bermakna
- motivasi untuk memperluas perhatian dan konsentrasi
- sebagai dasar untuk meningkatkan memori
- stimulus untuk mengurangi keterlambatan respon
- sebagai fasilitas untuk berlatih memegang atau menggenggam
- meningkatkan self-image dan self esteem
- mendorong perkembangan sensori motorik
- lingkungan yang menyenangkan untuk pertumbuhan sosial dan emosional
- peningkatan vokalisasi
4. Hydrotherapi (bergerak di air hangat) sangat penting untuk penderita
RS. Karena mengidap apraxia
juga, dia tidak dapat merencanakan dan melakukan gerakan yang dia inginkan dan
kesulitan untuk berjalan
Berenang adalah bagian utama dalam
proses belajar fisik anak. Arti dari berenang adalah bertahan, kebugaran, dan
kesenangan. Nilai-nilai ini sama untuk mereka yang mempunyai keterbatasan,
mengintegrasikan mereka ke dalam kehidupan yang normal adalah salah satu tujuan
dari hydrotherapy. Aktifitas dalam air dirasakan oleh anak, keluarga, dan
lingkungan sebagai aktifitas anak yang normal, hal ini memperkuat penghargaan
untuk kemampuan mereka berpartisipasi senormal mungkin. Perasaan ini
menumbuhkan self-esteem dan percaya diri. Tujuan dari terapi ini adalah
mendorong untuk mencapai tingkat kemandirian tertinggi, terlibat dalam
masyarakat, menjaga kesehatan fisik, dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Air memberikan pengalaman baru dan
menyenangkan. Memungkinkan untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan
di luar air. Ini juga memungkinkan untuk menunjukkan kemampuan motoriknya yang
hilang atau hanya tersembunyi.
Gerakan spontan lebih mudah dilakukan
dalam air dan hydrotherapi meningkatkan jangkauan gerak dan mengurangi
kejang-kejang. Kesulitan sensori dan persepsi yang ia rasakan saat berada di
luar air tidak muncul ketika berada di air, sehingga ia dapat meraih
keseimbangan yang lebih baik tanpa ragu-ragu dan takut. Hangatnya air membantu
menenangkan gerak involunter, gerakan stereotype dan kesulitan bernafas. Fleksibilitas
air memungkinkan ia untuk bergerak ke segala arah dan memungkinkan gerakan
simetris. Hydrotherapi membantu menjaga kesehatan otot dan saraf. Hal ini meningkatkan kesehatan secara
keseluruhan, yang juga akan menambah kemampuan belajarnya. Kegiatan menunggang
kuda dan hydrotherapy meningkatkan keseimbangan dan membantu mengembangkan
respon yang protektif, juga untuk relaksasi dan kesenangan.
5.
Terapi Cinta
Terapi
cinta adalah dasar dari semua terapi : penerimaan, perlindungan, kesabaran,
toleransi dan pengertian. Semua terapi yang rumit dan mahal tidak akan berhasil
tanpanya. Dimulai dengan menerimanya sebagai bagian penting dalam keluarga,
masyarakat, dunianya dan dunia kita. Menyelimutinya dengan pelukan yang hangat
dari kepercayaan bahwa ia berharga dan dicintai, apapun yang pernah ia alami. Cinta
tidak akan menyerah apabila dihadapkan dengan kesulitan. Cinta akan tumbuh
lebih kuat.
V.
KESIMPULAN
1. Rett syndrome (RTT) adalah gangguan kelemahan syaraf yang
penderitanya sebagian besar adalah wanita. Anak dengan RS terlihat bekembang
secara normal sampai usia enam hingga delapan belas bulan ketika mereka mulai
memasuki periode regresi, kehilangan kemampuan motorik dan bicaranya.
Kebanyakan memiliki gerakan tangan repetitive, pola bernafas yang tidak
teratur, kejang, dan masalah koordinasi motorik yang ekstrim. Permulaan RS terjadi pada usia yang
bervariasi dengan gejala yang bervariasi pula. Tidak ada obat untuk RS. RS
disebabkan oleh mutasi gen MECP2 yang letaknya di kromosom X. RS tidak mengenal
batas geografis, rasial, maupun social. Kemungkinan RS terjadi lagi dalam
sebuah keluarga kurang dari satu persen. Meskipun beberapa penderita RS
meninggal di usia muda, sebagian besar bertahan hingá usia dewasa.
2. Rett Syndrome dapat dideteksi dini melalui
tes genetik. Rett Syndrome bila tidak dicermati dengan seksama maka akan sulit
dibedakan dengan Autisme, Asperger, Ataxia, Apraxia, dan gangguan pervasive lainnya.
3. RS hanya diderita oleh wanita karena
laki-laki hanya memiliki satu kromosom X sehingga anak laki-laki penderita RS
meninggal sebelum atau sesaat setelah dilahirkan.
.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association. 2000. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorderr. Washington DC : APA
SUMBER : http://images.anakangger.multiply.multiplycontent.com/.../Rett%20syndro...
0 Response to "SINDROM RETT"
Post a Comment